Translate

Selasa, 18 Februari 2014

Perempuan itu...

Di sudut ruangan, perempuan itu selalu duduk. Menghadap ke arah cahaya yang mulai redup. Setiap selasa sore, dengan sebuah laptop dan sebuah buku yang selalu sama. Tidak, aku tidak menguntitnya. Hanya saja, secara tidak sengaja di suatu hari mataku 'menangkap' perempuan itu. Perempuan yang selalu berdandan ala vintage.
Dengan rambut yang selalu di gerai tanpa merasa risih sekaligus gerah, perempuan itu terus berkutat dengan laptopnya seakan-akan ada benang yang mengikat matanya terhadap layar laptop tersebut. Sesekali dia menatap nanar ke arah datangnya cahaya. Awal itu, aku tidak terlalu peduli. Namun lambat laun setelah 'hafal' dengan kebiasaannya, aku menjadi sedikit penasaran sekaligus bingung. Berbagai macam pertanyaaan seketika melintas di otakku. 'apa yang dia lakukan dengan laptopnya? mengapa tatapan matanya begitu nanar, sedih? apa dia tidak bosan setiap minggu menghabiskan waktu hingga perpus ini tutup?" pertanyaan inipun lalu menguap seiring dengan ketidakberaniannya aku untuk sekedar menyapanya.
Minggu ketujuh ini, perempuan itu datang lagi. Masih dengan laptop dan bukunya yang selalu sama. Tepat disudut ruangan itu. Kali ini, hati ku benar-benar memberontak. Karena itu, akupun memilih untuk duduk tepat berada disampingnya. Penasaran dengan apa saja hal yang akan dia lakukan[lagi]. Kaget? Tentu. Betapa tidak, perempuan itu ternyata hanya memandangi pantulan fotonya sendiri yang sepertinya dijadikan sebagai wallpaper dekstop nya. Lalu berbagai pikiran berkecamuk kembali di otakku. ‘Apa perempuan ini sudah gila, memandang itu setiap saat’
Minggu-minggu selanjutnya, tak lagi terlihat batang hidung perempuan itu. Padahal aku sengaja meluangkan waktu setiap minggu untuk sekedar melihatnya. Tampaknya perempuan itu sudah menjadi candu dalam pikiranku. Minggu selanjutnya lagi, berharap perempuan itu muncul dengan gayanya yang sudah sangat khas. Namun pupus, perempuan itu tidak muncul lagi. Helaan nafasku ini muncul lagi, menandakan betapa inginnya ku melihat perempuan itu walau hanya sedetik saja.
Entah kebetulan atau tidak, perjalanan ku menuju rumah kali ini terasa begitu beda. Di persimpangan, kala itu hujan, aku menatap ke arah jalanan yang sepi. Perempuan itu, aku melihatnya kembali. Dia, dengan gaya khasnya tampak sedang berlari-lari kecil berputar mengelilingi jalan sambil menengadahkan tangannya ke atas seakan hujan memberinya sesuatu yang indah.

Mendadak senyumku kembali merekah. Satu lagi hal yang aku tau, hujan dan dia, tidak dapat dipisahkan.  

Read More




Return to top of page
Powered By Blogger | Design by Genesis Awesome | Blogger Template by Lord HTML