Translate

Kamis, 07 Desember 2017

Sepenggal Cerita di Kereta

Malam itu, aku memutuskan untuk kembali setelah sempat nekat melakukan perjalanan. Selama perjalanan, aku duduk dikelilingi oleh satu keluarga kecil yang memiliki sepasang buah hati kira-kira berumur 10 tahun-an. Ada yang berbeda saat itu, tiba-tiba suasana sendu kembali menyergap diri ini. Kehangatan yang diciptakan keluarga kecil ini lambat laun menyebabkan memori di pikiranku kembali berputar, menggambarkan suasana lain yang sedang jauh denganku.
Memang sederhana, namun sikap orang tua dari keluarga tersebut kepada buah hati mereka membuatku tersenyum sendu. Cara mereka bertutur kata, bersenda gurau, dan menenangkan buah hati mereka, sungguh mampu menciptakan kedamaian di hati ini. Sesederhana itu, melihat sikap sang buah hati menunjukkan perasaan senangnya untuk segera kembali. Walau hanya bermodalkan kursi tegak yang tidak bisa diatur gerakannya, lutut yang saling bersinggungan dengan yang dihadapan mereka, dan suasana malam ditambah temperatur dingin yang telah terfasilitasi. Sesederhana itu, keluarga kecil tersebut tampak bahagia menikmati perjalanan mereka. Sesederhana itu, sang buah hati dapat terlelap di pangkuan orang tua mereka. Sesederhana itu, dengan senyum terhias di wajah mereka, orang tua tersebut memberikan space yang lebih luas kepada buah hatinya agar mereka dapat lebih nyaman terlelap dalam mimpinya. Sesederhana itu, sepasang suami istri tersebut saling melempar senyum sambil bertukar cerita mengulas kembali peristiwa-peristiwa yang sudah terjadi beberapa hari terakhir. Sesederhana itu, namun cukup membuat air mata ini tumpah.
Membuat memori ini kembali me-rewind suasana-suasana yang pernah ada. Suasana saat dulu kala. Aku merindukannya. Sedang di satu sisi membuat apa yang ada di hati ini kembali berat. Tidak terbebani namun cukup kuat untuk membuatku sesak.
Fase itu muncul kembali. Memaksa untuk muncul dikala situasi masih belum membaik. Membuat tekanan yang ada semakin memuncak. Sementara yang bisa dilakukan hanyalah tetap bersabar. Mencoba untuk tetap berpendirian teguh. Mencoba untuk mengingat bahwa masih ada Tuhan yang selalu dan akan selalu ada menemani. Dan percaya bahwa fase ini, akan segera hilang tergantikan dengan fase yang bahkan kita sendiri tidak tahu apakah akan lebih berat atau justru tidak.

“So remember Me, and I will Remember you” [Qur’an 2 : 152].
Read More




Return to top of page
Powered By Blogger | Design by Genesis Awesome | Blogger Template by Lord HTML