Translate

Minggu, 06 April 2014

kau bilang, aku jawab.

Kau bilang,
semuanya begitu mendadak. Seakan gempa besar itu tak pernah terjadi, namun tiba-tiba tsunami menerjang meluluhlantakkan kepinganmu yang awalnya masih utuh. Kau bilang betapa mudahnya aku bertindak, seakan kau hanya mainanku yang bisa kapan saja ku buang. Kau bilang sisiku sekarang berbeda dengan sisiku yang dulu, seakan-akan aku memiliki bebagai macam tipu muslihat sisi yang bisa ku ubah begitu saja. Kau bilang bukan salahku, namun aku tau kau anggap kesalahan terbesar ada di pikiranku. Kau bilang semuanya berubah, sejak kita tak lagi satu. Satu dalam ikatan yang sama. Kau bilang semuanya begitu indah, dulu. Namun seketika berubah berbalik 180 derajat. Kau bilang aku mudah merangkai kebohongan, kebohongan yang kau anggap membuatmu semakin kecewa. Kau bilang aku tak pernah peduli, sedang ucapmu berkata hanya dirimu yang selalu peduli. Kau bilang aku tak pernah memikirkan bagaimana rasanya berada di posisi yang kau rasakan, singkat kata aku egois. Kau bilang karena dia, kau menjadi tak ku indahkan. Kemudian kau anggap, semuanya masih bisa diperbaiki. Kembali seperti dulu lagi.

Lalu ku bilang,
Semuanya memang begitu mendadak. Dan apa kau pikir kepingku tak retak juga layaknya kaca yang terkena lemparan bola besi? Lebih, mungkin. Kau anggap aku mudah bertindak? Lalu kenapa aku harus pusing memikirkan ini hingga tidurpun sudah tidak masuk kedalam rutinitas terpentingku. Kau anggap aku memiliki banyak sisi yang bisa ku ubah kapan saja. Sisi mana saja yang sudah pernah ku perlihatkan? Sedang disini pikiranku sudah tak karuan memikirkan tentang kamu, kita. Salahku, memang. Yang tidak bisa bertindak seperti mereka yang dapat mempertahankan. Semuanya memang berubah, dan faktor terbesar yang menyebabkannya adalah waktu. Juga keadaan. Kau anggap semuanya begitu indah, dulu. Kembali lagi ke kedua faktor yang sudah ku ucap. Kau anggap aku mudah merangkai kebohongan, sedang kejujuran selalu ku ungkap. Kepercayaan, itu yang salah. Kau anggap aku tak peduli, sedang kepedulian yang kutunjukkan berbeda dengan caramu. Berbeda dengan cara mereka. Kau anggap aku tak pernah memikirkan bagaimana berada di posisi yang kau rasakan, sedang disana apa kau pernah merasakan bagaimana berada di posisiku? Berpikir dan terus berpikir.  Lalu kau anggap disini aku hanya bersenang-senang tanpa harus memikirkan ini. Sikap ku egois. Entahlah kau anggap aku apa. Kau anggap semuanya karena dia, sedang kejujuran yang pernah ku ucap aku rasa tak pernah kau percayai. Kau anggap semuanya bisa diperbaiki kembali. Sedang disini aku takut, takut karena tak bisa memperbaiki itu. Karena dari semua ke-anggap-an-mu mengisyaratkan bahwa aku salah. Dan ketakutan itu muncul karena takut segala anggapan itu kembali menghampirimu. Berulang kembali dan lagi. Kemudian kau anggap semuanya yang ku ucap begitu mudah ku lontarkan. Lalu kau anggap, sudah berapa malam yang kuhabiskan untuk memikirkan ini?
Read More




Return to top of page
Powered By Blogger | Design by Genesis Awesome | Blogger Template by Lord HTML