Meskipun kedengerannya tidak masuk akal, namun sering aku
berharap bisa mengembalikan waktu.
Kadang hidup nggak
segampang yang anak kecil biasa
bayangkan, bermain dan terus bermain tanpa harus memikirkan apa-apa. Kadang hidup juga nggak semulus
cerita yang kayak di ftv-ftv, yang bisa ketahuan happy ending nya dalam waktu
dua jam. Hidup itu, ibarat kiamat. Unpredictable.
Kadang udah ngebayangin yang manis-manis, nyatanya malah kebagian yang
sepet-sepet. Kadang udah ngebayangin yang seneng-seneng, nyatanya malah
kebagian yang sedih-sedih.
Pernah gak sih
kalian mikir kalo hidup itu kadang nggak adil? Nggak adil karena yang pahitnya
kehidupan selalu dateng ke kita, bukan ke orang lain dan nggak adil kenapa yang
seneng-senengnya malah gak pernah ngehampirin kita. Hidup emang penuh dengan
misteri, sedetik lalu aku dibawa ke atas hingga tak perlu bersusah-payah. Lalu
sedetik kemudian, aku langsung terhempas hingga menghujam jantung yang semakin
berdetak kuat.
Titik ‘the
highest’, titik dimana semuanya keadaan terasa berada di bawah. Sangat bawah,
paling bawah dari keadaan yang namanya terpuruk. Banyak yang bilang, semuanya
sudah pernah merasakan berada di titik ’the highest’. Tapi siapa yang tau? ‘The
highest’ masing-masing orang relatif, bukan?
Tapi seperti yang
pernah teman saya katakan, percayalah, Tuhan nggak pernah ngasih cobaan diluar
batas umatnya. Pasti selalu ada jalan disetiap masalah yang ada. Entah itu
memakan waktu yang lama, sangat lama. Mungkin Tuhan masih belum melihat
kesabaran yang kita punya kita gunakan dengan ikhlas. Mungkin Tuhan marah
karena kita udah mulai lupa dengan-Nya. Dan mungkin, Tuhan ingin memberikan hal
yang baik setelahnya. Siapa yang tau, bukan?
Kadang semua hal ingin
diceritakan. Di keluarkan dan tidak dipendam begitu saja dihati. Namun kadang
semua hal tersebut juga perlu untuk di sembunyikan. Dan lewat tulisan, mungkin
lebih membuat yang disembunyikan tersebut terkuak, walau hanya setitik.
Lebih baik dibenci daripada dikasihani. Nggak ada yang
bisa bangkit dari jatuh kalau kamu berdamai dengan rasa iba.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar